Senyum Guru yang membawa kebaikan


Guru yang ramah banyak disukai murid

Pak Dadan adalah seorang guru SD yang masih muda dan sederhana, ramah dengan senyuman khas yang menghiasi wajahnya. Ia adalah sosok sangat dihormati dan dikagumi banyak orang di desa tempatnya bertugas mengajar. Setiap pagi, Pak Dadan selalu berusaha datang lebih awal ke sekolah, memastikan ruang kelas rapi, papan tulis bersih, dan tentu saja buku-buku pelajaran tersusun rapi di meja. Dengan baju putih yang disetrika licin, rambutnya tersisir rapi, dan senyum yang meneduhkan bagi yang memandang, Pak Dadan sudah menjadi sosok yang dinantikan murid-muridnya.

Desa tempat Pak Dadan mengajar terletak persis di kaki gunung, mungkin terbilang sangat jauh dari hiruk-pikuk kota yang penuh dengan kepenatan. Meski begitu, suasana desa ini penuh dengan kehangatan dan kekeluargaan. Di Sekolah, murid-murid di SD tersebut sangat menghormati dan menyayangi Pak Dadan. Selain karena ia guru yang dikenal sabar membimbing, Pak Dadan juga selalu berusaha supaya setiap anak-anak mengerti dan memahami setiap pelajaran yang dipelajari, meski harus mengulangi berkali-kali. Ia tidak pernah marah atau kehilangan kesabaran. Bagi Pak Dadan, pendidikan bukan hanya soal angka-angka di atas kertas, tapi soal membentuk karakter dan budi pekerti yang akan menjadi bekal hidup kelak di masyarakat.

Selain menjadi guru, Pak Dadan dikenal sebagai pria yang rajin beribadah. Setiap kali suara adzan berkumandang, ia akan berusaha menghentikan apapun yang sedang ia kerjakan untuk segera menuju mushola di ujung desa. Setelah shalat, sering kali ia berbincang dengan para tetua desa, berbagi cerita, dan memberi nasihat mengenai pentingnya menjaga kebersihan hati dan lingkungan. Kebaikan hati Pak Dadan inilah yang membuatnya semakin dihormati oleh masyarakat sekitar.

Tak hanya murid-murid dan para orang tua yang menyukai Pak Dadan, gadis-gadis desa pun sering memujinya. Mereka terkesima dengan penampilannya yang selalu rapi, kebaikan hatinya, serta ketenangannya dalam setiap situasi. Meskipun begitu, Pak Dadan tidak pernah tergoda oleh perhatian tersebut. Baginya, menjadi guru adalah panggilan hati, dan fokusnya adalah mendidik generasi muda dengan penuh dedikasi.

Di suatu pagi yang cerah, saat Pak Dadan sedang mengajar di depan kelas, salah satu muridnya, Rina, dengan polos bertanya, "Pak, kenapa Bapak selalu tersenyum setiap hari? Nggak pernah ketus dan marah kayak guru lain?"

Pak Dadan pun tersenyum mendengar pertanyaan yang disampaikan muridnya tersebut seraya menjawab. "Karena Bapak percaya, senyum itu bisa membuat hari kita menjadi lebih baik. Kalau Bapak tersenyum, kalian juga jadi semangat belajar, kan?"

Murid-murid mengangguk serempak, dan tawa kecil pun terdengar di kelas menandakan mereka setuju dengan ucapan Pak Dadan.

Hari pun berlalu, Pak Dadan tetap menjadi sosok panutan di desa itu. Bagi anak-anak, ia bukan hanya menempatkan sebagai seorang guru, tapi juga sebagai seorang ayah, kakak, dan sahabat. Sedangkan bagi para orang tua, ia adalah seorang teladan yang baik. Mereka merasa beruntung memiliki sosok seorang guru seperti Pak Dadan di desa mereka.

Di balik semua itu, Pak Dadan tidak pernah mengharapkan pujian atau penghargaan. Baginya, kebahagiaan sejati adalah melihat anak-anak desa itu tumbuh menjadi orang-orang yang berilmu, berbudi pekerti, dan mampu membangun masa depan mereka sendiri. Setiap malam sebelum tidur, ia selalu berdoa agar diberi kekuatan dan kesabaran untuk terus mengajar dan mendidik dengan tulus, hingga akhir hayatnya.

Baginya ada satu prinsip hidup yang sangat berharga yaitu bisa bermanfaat bagi lingkungan dimana ia berada. (Esbe)

Posting Komentar

0 Komentar